Jika Kita Tidak Berubah, Kita Tidak Akan Bertumbuh. Jika Kita Tidak Bertumbuh, Kita Belum Benar-Benar hidup(Eny's_Meilman)

KONSEP SEHAT SAKIT DALAM PERSEPEKTIF ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, untuk mengatur kemakmuran di bumi guna menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu penunjang kebahagian tersebut adalah dengan memiliki tubuh yang sehat, sehingga dengannya kita dapat beribadah dengan lebih baik kepada Allah. Agama Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman. Dalam perjalanan hidupnya didunia, manusia menjalani tiga keadaan penting: sehat, sakit atau mati.
Kehidupan itu sendiri selalu diwarnai oleh hal-hal yang saling bertentangan, yang saling berganti mengisi hidup ini tanpa pernah kosong sedikit pun. Sehat dan sakit merupakan warna dan rona abadi yang selalu melekat dalam diri manusia selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia memperlakukan sehat dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan mereka menganggap sehat itu saja yang mempunyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai beban dan penderitaan, yang tidak ada maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan demikian jelas melakukan kesalahan besar, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah  atau pelajaran dibalik itu semua. (Q.S. Shaad : 27)
I.2 Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan sehat dan sakit secara medis?
2.Bagaimana konsep sehat menurut islam ?
3.Upaya apa yang harus kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan menurut agama   islam?
I.3 Tujuan Penulisan
1.      Mengkaji tentang konsep sehat sakit secara medis
2.      Mengkaji tentang konsep sehat sakit berdasarakan agama islam
3.      Memberikan informasi tentang upaya-upaya mempertahankan kesehatan menurut agama islam
I.4 Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini, antara lain:
Ø  Bagi pembaca :
1.      Memberika informasi tentang konsep sehat sakit secara umum
2.      Memberikan informasi tentang konsep sehat sakit menurut agama islam
3.      Memberikan informasi tentang upaya-upaya mempertahankan kesehatan menurut agama islam
Ø  Bagi penulis :
1.      Melatih dalam menyusun makalah.
2.      Memotivasi untuk menyusun makalah selanjutnya yang lebih baik.





BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Definisi konsep sehat sakit secara medis
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya. Kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah seperti itu.Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992,kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dandinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya.
Pengertian Sakit - Setelah kemarin kita mengetahui akan pengertian sehat maka kali ini akan memposting berkaitan dengan hal yang disebut dengan pengertian sakit. Langsung saja menuju kepada apa yang disebut dengan pengertian sakit ini.
Beberapa
pengertian sakit dan diantara pengertian sakit ini adalah sebagai berikut :
  1. Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.(Menurut Pemons, 1972)
  2. Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. (Menurut Perkins)
  3. Sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang. (Menurut Oxford English Dictionary)
2.2 Definisi konsep sehat sakit menurut agama islam
A. Mukadimah
Sakit dan penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai hidup manusia sejak jaman Nabi Adam a.s.. Kita memahami apapun yang menimpa manusia adalah takdir, sakit pun merupakan takdir. Lantas kalau sakit merupakan takdir, kalau kita sakit kenapa harus mencari sehat/kesembuhan? Lantas buat apa dan apa manfaat berobat? Dari sinilah landasan kita berpijak dalam memahami sehat, sakit, obat dan upaya pengobatan.
B. Sehat dan Sakit Pandangan al-Quran
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (٨٣) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ
مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ (٨٤)
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (QS al-Anbiyâ’, 21: 83-84)
Ayat di atas mengisahkan bahwa Nabi Ayyub a.s. yang ditimpa penyakit, kehilangan harta dan anak-anaknya. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tidak tertimpa penyakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah tetap baik dan digunakan oleh Nabi Ayyub a.s. untuk berdzikir dan memohon keridhaan Allah, dan Allah pun mengabulkan doanya, hingga akhirnya Nabi Ayyub a.s. sembuh dan dikembalikan harta dan keluarganya.
Dari sini dapat diambil pelajaran agar manusia tidak berprasangka buruk kepada Allah, tidak berputus asa akan rahmat Allah serta bersabar dalam menerima takdir Allah. Karena kita sebagai manusia perlu meyakini bahwa apabila Allah menakdirkan sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah menakdirkan kesembuhan, tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita sembuh.
الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (٧٨) وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (٧٩) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
(٨٠) وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ (٧۱) وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ (٨۲)
“(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakaku, maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkanku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (QS asy-Syu’arâ’ 26: 78-82)
1. Konsep Sehat
Allah dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad s.a.w.) melalui ayat-ayat al-Quran dan sunnah Rasulullah s.a.w. memberi perhatian yang serius terhadap kesehatan manusia. Nabi Muhammad s.a.w. bahkan  menganggap keselamatan dan kesehatan sebagai nikmat Allah yang terbesar yang harus diterima dengan rasa syukur.
Firman Allah dalam QS Ibrâhîm, 14: 7,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Bentuk syukur terhadap nikmat Allah melalui kesehatan ini adalah senantiasa menjaga kesehatan sesuai dengan sunnatullah.
Rasulullah s.a.w. bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ.
“Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dari Ibnu Abbas)
Kesehatan Dalam Perspektif Islam
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM3XlC56ngVI4iw79IKUFMJGHPuGNBBwYelwxJ-P3VuRjrwpmBpyDS97aF0i8OS-4v1DWrJjh0ZQ7ZOtxmY4gu8tNUG52r2zoTnBH2zy6xUOC8rsz8rXPXt1XD8FQZOuazqky7JaKGh90/s640/1.jpg

    “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Maa'idah, 5: 3).
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat.
“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia'' demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berfirman:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-NVyrS6y6guZ4oiNBHwZjEMeej8m7HPhBZL8X8pp-ejJ1wRfbPbrE250lCJzRxmHfaoIsPJYhI38TIaTVAW2a0ldy1LWyLsq2alQHZXEW5GW7E9q_EYPGzjjxAhH4hN0vvYa9yspotgI/s640/2.jpg

''Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman'' (QS:Yunus 57).
    Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan.

Beberapa Hadist yang berkaitan dengan kesehatan
 1. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHTekizOwMQmZQNSotHKTMpNM-xdsGhasBqEMO4-ApwsqUsjAdqVjnq8zk9vGarMCZAaz4rFeIEtCxVOd4eQCUyYnvEsOz5GDLtY8YMWkRtALBh0GruepH0n3L_dxlqqif-wYXZjhlT5M/s400/4.jpg

     “Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2.  Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2W6Lre32BTqhynMG_Uw9zVTvzB3rGrMqORqn73f4xIZVprnoJhQAdbDD6D57bnsUfeJgBQBLUq4O0I0k4F7yO_m0SwLI9V2LSVkj4yUcP4aAaNKs0BluWmT0Ba-BZMpdLypzArZVIaDE/s640/6.jpg

     “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-13)
3.   Penegasan Rasulullahu’alaihi wa sallam dalam sabdanya:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2W6Lre32BTqhynMG_Uw9zVTvzB3rGrMqORqn73f4xIZVprnoJhQAdbDD6D57bnsUfeJgBQBLUq4O0I0k4F7yO_m0SwLI9V2LSVkj4yUcP4aAaNKs0BluWmT0Ba-BZMpdLypzArZVIaDE/s640/6.jpg
      “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu)

4. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata: “Dahulu bila salah seorang dari kami mengeluhkan rasa sakit maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusapnya dengan tangan kanan beliau dan membaca:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKZ_-hU8G6YohF64a1vGtW_4BdKJcKkrtQu10eFIsa7rthlQqJe-NoGikAYH9Kn8oJ3dctvOn5yKGoNHW8VM98D6JzYx89jojhOgWf9YnNpeMUQpsWUJ1eFQruHIPcM3M2xCZIaV9gUXU/s640/13.jpg
      “Ya Allah, Rabb sekalian manusia, yang menghilangkan segala petaka, sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tak ada yang bisa menyembuhkan kecuali Engkau, sebuah kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Al-Bukhari).

5.  Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikvBQIzSPXwOHyS1FD3fU7dJ7WIzIAu_w4wZH9QArgL1wxSdIkN-Z8IU9SkUcTxdGdclLrnHkhnA-vRnSPiVnZktiK8wz9hf_1tnPDrC835VnrwZTHjNa_WOVCwMoB8m4XLtTPBRFIeeE/s640/17.jpg
      “Barangsiapa mengunjungi orang sakit selama belum datang ajalnya, lalu dia bacakan di sisinya sebanyak tujuh kali:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglVGpI4_Cj-N4Du02PIDPJyGBSH73YxBpg9wVawjv9XKJU1aD9IF4062XTaYLFlDBESN28z6CR3dtz1QFIJzyCA9oQTMqZyesXXXQfr42B4vKiImRu3w_6QlLcPZ5G604FxOowJUhWmUQ/s640/18.jpg
      “Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Pemilik ‘Arsy yang besar, semoga menyembuhkanmu,’ niscaya Allah akan menyembuhkannya dari penyakit itu.” (HR. Abu Dawud, At-Turmudzi, dan dihasankan oleh Al-Hafizh dalam Takhrij Al-Adzkar)
6.  Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjungiku (ketika aku sakit) dan beliau membaca:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg65_DwmM9QO9Yj9mRGWACCxiCqrs15XhajncLKrqVPGWjz1zoPQTcURkbZB9oIxezZjGNr9OceyT2yrndoclHmhk5c4Hp1WwgUSqOeIoBpBdFKPeq2sMZntGBesbO6IHSO0PO5nzbgIaM/s640/19.jpg
       “Ya Allah, sembuhkanlah Sa’d Ya Allah, sembuhkanlah Sa’d. Ya Allah, sembuhkanlah Sa’d.”(HR. Muslim)
7.   Hadits Abdullah bin Mas‘ud radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZpdGbys5RPxwAc7ve9h9czbmboBpxua5YNr8e-pWUFSQPSjz1fJLaPRkiEN8RefNqrqISzMMcbJSqpW-AubWzW_QDwMH-zqyDrahjrzZHOZ6Xll98W8vDmaoye9aLeCAJ53JPak5S8jw/s1600/20.jpg

“Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 6511)
2. Konsep Sakit
Di hadapan Allah, orang sakit bukanlah orang yang hina. Mereka justeru memiliki kedudukan yang sangat mulia.
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى
 الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya”. (Hadis Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Bahkan Allah menjanjikan kepada orang yang sakit apabila ia bersabar dan berikhtiar dalam sakitnya, Allah akan menghapus dosa-dosanya.
وَمَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى إِلَّا حَاتَّتْ عَنْهُ خَطَايَاهُ كَمَا تَحَاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa derita dari penyakit kecuali Allah hapuskan dengannya (dari sakit tersebut) kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana gugurnya dedaunan sebuah pohon”. (Hadis Riwayat al-Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud)Sakit sebagai salah satu ciptaan Allah SWT yang ditimpakan kepada manusia juga pasti ada maksudnya. Salah satu hikmah Allah SWT kepada hamba-Nya adalah sebagai ujian dan cobaan untuk membuktikan siapa-siapa saja yang benar-benar beriman. Firman Allah SWT :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisiXOQloWris_ONlvR3gBrY9SHPa2HJmvvhGTLv9SnjS76sLRuZsT7lQnXq-tGInoOugwE-bWFWTuSwojeB3RJN-gxw0KG6lRYzRG751tOwC-10qYveoWoQfDnBv-nmXBK77JQxgKvQH2M/s400/2_214.gif
Artinya : 214- Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S. Al Baqarah : 214)
Demikianlah Allah SWT akan menguji hamba-hamba-Nya dengan kebaikan dan keburukan. Dia menguji manusia berupa kesehatan, agar mereka bersyukur dan mengetahui keutamaan Allah SWT serta kebaikan-Nya kepada mereka. Kemudian Allah SWT juga akan menguji manusia dengan keburukan seperti sakit dan miskin, agar mereka bersabar dan memohon perlindungan serta berdo'a kepada-Nya.
Amat banyak orang yang tidak memahami kenapa ia harus sakit, sehingga secara tidak sadar ia menganggap bahwa penyakit yang dideritanya tersebut sebagai malapetaka atau kutukan Allah yang dijatuhkan kepadanya. Tidak sedikitpun orang yang tatkala ditimpa penyakit menjadi putus asa, kehilangan pegangan, bahkan berburuk sangka kepada Allah SWT. Lalu timbul rasa tidak puas kepada Allah SWT, merasa bahwa dengan sakitnya itu Allah bersikap tidak adil, sehingga ia tidak lagi menjalankan kewajiban-kewajiban-Nya sebagai hamba Allah. Padahal di waktu sehat, ia selalu mengucapkan dalam salatnya :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1qH3P3c5E_Zr7BZdpv-VBVuZHIGopOQIel97keF06Gc0Vq1SnhUACe6QsoIK-ADK1hyphenhyphenWLOgDzEqsOQ9LT3lBwzg1CcUOr4N3axPl38gKUmJL8gnpCm-kW8J1CIWf4soHSfO1PaJ4T5EeU/s400/6_162.gifArtinya : "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam" (Q.S. Al An'am : 162).
Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Ketika seseorang sakit disana terkandung pahala, ampunan dan akan mengingatkan orang sakit kepada Allah SWT. Aisyah pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Tidak ada musibah yang menimpa diri seorang muslim, kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya, sampai-sampai sakitnya karena tertusuk duri sekalipun" (H.R. Buchari) Sabda Rasulullah SAW :
وإن الله تعالى أذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضاومن فله السخط
(رواه ابن ماجه و الترمذى)
Artinya : Dan sesungguhnya bila Allah SWT mencintai suatu kaum, dicobanya dengan berbagai cobaan. Siapa yang ridha menerimanya, maka dia akan memperoleh keridhoan Allah. Dan barang siapa yang murka (tidak ridha) dia akan memperoleh kemurkaan Allah SWT. (H.R. Ibnu Majah dan At Turmudzi)
Dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda :
عن ابي هريرة رضي الله عنه : عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ما يصيب المسلم من نصب ولا هم ولا حزن ولا أذى ولاغم حتى شوكة يشاكها إلا :فر الله بها خطاياه (رواه البخارى و مسلم)
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a. Nabi Muhammad SAW. Bersabda : Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan menumpuk pada dirinya kecuali Allah SWT hapuskan akan dosa-dosanya (H.R. Bukhari dan Muslim).Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk mengingatkan manusia terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan-Nya. Allah SWT memberikan penyakit agar setiap insan dapat menyadari bahwa selama ini dia telah diberi rahmat sehat yang begitu banyak. Namun kesehatan yang dimilikinya itu sering kali di abaikan, bahkan mungkin disia-siakan. Padahal ia mempunyai harga yang sangat bernilai tiada tolak ukur dan bandingannya.Disamping itu, sakit juga digunakan oleh Allah SWT untuk memperingatkan manusia atas segala dosa-dosa dan perbuatan jahatnya selama hidup di dunia. Kalau dahulu seorang insan yang banyak berbuat kesalahan tidak berfikir tentang dosa dan pahala, maka disaat sakit biasanya manusia teringat akan dosa-dosanya sehingga ia berusaha untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
2. 3 Upaya-upaya mempertahankan kesehatan menurut agama islam
Beberapa contoh pengobatan Nabawi (pengobatan dalam islam pada zaman Rasullulah SAW)
1.      Pengobatan dengan meminum madu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang madu yang keluar dari perut lebah:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4wSdC-FDnP8Nu0j5qczbHlbtM1EQEzwLBKX3JAJwLpshGgBHdKQrAm-vd1kGR8nygNvsRc_UzYrYGHzbNRAADkbgh67oiowtwy29cuFafSdFMgpIbAC2dhyphenhyphenqFhpCUJZ-0jH2G7LjJ3ZQ/s640/21.jpg
     “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (An-Nahl:69)
Madu dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di antaranya untuk mengobati sakit perut, seperti ditunjukkan dalam hadits berikut ini:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiURCamGRLD9eU0gguBVPW7Ml0VS5jZ6HYn6esh0SeR66pjTLPs94qz1QEiadSB05N4Ka4eErGV8ZtxuEq1si5G4LnU6QHjx3xcvswzoJxIkpkvnpMnOHnsUa0lpXO4n4gflNKG57_QtKU/s1600/22.jpg
“Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: ‘Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya.’ Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya, Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga, Nabi tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Setelah itu, orang itu datang lagi dan menyatakan: ‘Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah bertambah mencret).’ Nabi bersabda: ‘Allah Maha benar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi madu.’ Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh.” (HR. Al-Bukhari no. 5684 dan Muslim no. 5731)
2.    Pengobatan dengan habbah sauda` (jintan hitam)
       Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAJzmI8GZSuZk9NhtPHmzd0KBH-k5UjU9MeQi5nXbtvy08ZI2_rtJxE3_8OgRHmAhVZHwIuEp4vM54JLiBvqj9P3HIL6-Ts9gBU_yxL8DqSjgRZAQdymlkB6kQJIM6I8y2On3FeKKRjLE/s640/23.jpg
      “Sesungguhnya habbah sauda` ini merupakan obat dari semua penyakit, kecuali dari penyakit as-samu”. Aku (yakni`Aisyah radhiallahu 'anha) bertanya: “Apakah as-samu itu?” Beliau menjawab: “Kematian.” (HR. Al-Bukhari no. 5687 dan Muslim no. 5727)
Jinten hitam atau al Habbah as Sauda ini dikenal juga sebagai Syuwainiz dalam bahasa Persia, disebut juga Kammun hitam atau Kammun India, disebut juga dengan biji al Barakah. Dari biji ini bisa dibuat minyak yang berkhasiat mengobati batuk, membantu pencernaan, menghilangkan masuk angin dan sejenisnya. Namun saat ini, biasanya jinten hitam ini dikonsumsi dalam bentuk pil. Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah berkata, “Jinten hitam memiliki banyak sekali khasiat. Arti sabda Nabi, ‘obat dari segala jenis penyakit’, seperti firman Allah, ‘Menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabb-nya’, yakni segala sesuatu yang bisa hancur. Banyak lagi ungkapan-ungkapan sejenis. Jinten hitam memang berkkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga membantu kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal” (Metode Pengobatan Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, hal. 365)
3.   Pengobatan dengan meminum susu dan air kencing unta
      Anas radhiallahu 'anhu menceritakan: “Ada sekelompok orang ‘Urainah dari penduduk Hijaz menderita sakit (karena kelaparan atau keletihan). Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, berilah tempat kepada kami dan berilah kami makan.’ Ketika telah sehat, mereka berkata: ‘Sesungguhnya udara kota Madinah tidak cocok bagi kami (hingga kami menderita sakit).’ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menempatkan mereka di Harrah, di dekat tempat pemeliharaan unta-unta beliau (yang berjumlah 3-30 ekor). Beliau berkata: ‘Minumlah dari susu dan kencing unta-unta itu.’Tatkala mereka telah sehat, mereka justru membunuh penggembala unta-unta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (setelah sebelumnya mereka mencungkil matanya) dan menggiring unta-unta tersebut (dalam keadaan mereka juga murtad dari Islam). Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengirim utusan untuk mengejar mereka, hingga mereka tertangkap dan diberi hukuman dengan dipotong tangan dan kaki-kaki mereka serta dicungkil mata mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 5685, 5686 dan Muslim no. 4329)
4.   Pengobatan dengan berbekam (hijamah)
      Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma mengabarkan:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg22EG-kQ3sVQpiVQz2dG8lC0n7EoXYGc1X33ymfYD803qGUrQoxCsfFDBq5lreCNDYqpmPAoBM30P-G2y1gc8i_vHrPnShHBRpeYokgpGcdJ3KCaNdFxS5uKzBLaw1DooNwCu6e2ueFwY/s640/24.jpg
     “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbekam pada bagian kepalanya dalam keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang berihram) karena sakit pada sebagian kepalanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5701)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZPVoPtsZLc1H8h_z9t4VEHMjz4HNO5DfdNnZLW4ZFyH0tjc9rwxZjeO0bP7KZt9qibgkHMcjfNjpMIWcbqMq7ChqDXr1joHKBQJLwl3DJWd6OgQGapthEMPFgVew9aRQ4QxqyAoRRWu0/s640/25.jpg
    “Obat/kesembuhan itu (antara lain) dalam tiga (cara pengobatan): minum madu, berbekam dan dengan kay, namun aku melarang umatku dari kay.”11 (HR.Al-Bukhari.No.5680)









BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Mengikuti jejak Rosulullah Muhammad SAW, merupakan suatu keharusan bagi umat Islam. Termasuk mewarisi metodologi pengobatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Pengobatan yang dilakukan Rosulullah menggunakan tiga cara, yaitu melalui do’a atau pengobatan dengan menggunakan wahyu-wahyu Ilahi yang lebih dikenal dengan istilah do’a-do’a ma-tsur yang datang dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW yang shahih. Kedua menggunakan obat-obat tradisional baik dari tanaman maupun hewan. Dan ketiga adalah menggunakan kombinasi dari kedua metode tersebut.
Allah berfirman:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrDektwPGEOGPeLaxrGVdUDOw2qnqKFVdvTC2k7VWIEXRnaE6XvWBUI_8d4JkhXYUSESp6AvRyXcUEOgdf6HJ6Zcd2Oix4QIOQ74BUvQAqd4VL-4waypxSFtPKGiwsCJwoM0qTwtY8T38/s640/26.jpg
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman” (QS:Yunus 57).
Kemudian dalam penegasan Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam;
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoWX8LcJY9LnuFR-lScBu4ZLWTh2MOYFTmi4gWImKm-1Rpm8zMm5nhE40aVNZPDDNh0eH0yXxMWUiwbnAy503xGvjZzodFKnwDMtF0nKKQ8eNg-ybM-HG72_gi6V-u5YZ0F0hTaZsSRBs/s640/27.jpg
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu).
Dalam sebuah hadist disebutkan “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat yaitu madu dan Al Qur’an”. Dari hadist tersebut madu merupakan lambang atau perwakilan dari obat-obat tradisional yang ada di bumi dan kita sebagai manusia yang diberikan akal sehat harus dapat menggali obat-obat tradisional yang banyak terdapat di muka bumi ini, bahkan letaknya tidak jauh dari sekitar kehidupan kita.

III.2 Saran
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al Ahzab : 21)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfwV7kGpADl1TOQErFgzbcD01U2XBIf0H7BkyrOSe_B3oDiZWf9xuaXI1TFm3af405XmdKkMeyDP6k9NYsL1YmkwlEuq5kRVwNRaEsE-sh3lNuG8UlSKKy87b51lE3Jh6t7jzxw7FlMuY/s640/28.jpg

       Dalam sejarah Rasulullah dikenal sebagai pribadi yang sehat luar biasa, hampir tidak pernah terganggu sakit yang serius kecuali saat menjelang ajal beliau. Dengan bekal sehat itulah maka beliau lalu bisa maksimal pula melakukan kegiatan pribadi, berkeluarga, dan melakukan tugas sosial-kenegaraan, termasuk berjuang menyebarkan dan membela Agama Islam. Meneladani Kepribadian Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini beberapa poin prinsip cara hidup Nabi yang secara rasional bisa menjelaskan mengapa beliau memiliki kesehatan yang begitu luar biasa,
1. Memantapkan keimanan-ketaqwaan pada Allah swt. Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepadaNya kita memohon pertolongan. Umat harus bekerja keras namun ujung dari kerja itu adalah tawakkal pada kehendak Allah. Keimanan-ketaqwaan seperti ini akan membuat hati tenang-tenteram, tidak gelisah dan terlanda ketakutan. Di sinilah makna janji Allah yang banyak terkandung dalam al Qur’an: ‘Barang siapa yang benar-benar beriman dan beramal shaleh maka akan memperoleh berkah dari Allah dan hatinya akan terhindarkan dari rasa ketakutan dan kekecewaan’. Hati menjadi nyaman dan bahagia. Dari sisi Ilmu Kedokteran sudah terbukti bahwa jiwa yang gelisah merupakan ‘stessor’ yang menginduksi produksi melimpah berbagai hormon yang memberi efek negatif bila berlebihan, seperti adrenalin dan kortisol.
2. Ibadah mahdhah yang dilakukan Nabi secara intensif ternyata memiliki banyak peranan dalam menyehatkan tubuh manusia. Rahasia Shalat yang telah terungkap antara lain membantu proses pelancaran aliran darah untuk menjangkau ke organ otak, bagian yang paling tersembunyi sekalipun. Di dalam otak manusia memang ada area yang penyaluran aliran darah ke sana amat minim dan baru bisa maksimal jika melakukan gerak sujud. Dengan sujud maka otak akan memperoleh asupan makanan yang baik via aliran darah sehingga fungsinya makin optimal. Puasa jelas memiliki peran besar pada berbagai organ, dan yang mutahir diberitakan adalah terjadinya produksi sitokin melatonin yang membuat orang menjadi semakin baik kekebalannya, tidur lebih nyaman, dan memperkecil resiko terkena kangker. Justru usus yang tidak kenyanglah yang akan memproduksi sitokin itu secara baik. Dzikir mengucapkan Kalimah Toyyibah diketahui akan membuat saluran pernapasan terbuka secara maksimal sehingga lebih memperlancar aliran udara ke dalam paru-paru manusia sehingga membantu proses oksigenisasi.
3. Dalam al Qur’an banyak sekali memberi petunjuk tentang cara makan-minum. Makanan manusia haruslah yang halal dan baik, juga dilarang minum ‘khamr’ yang memabukkan. Makan minum juga tidak boleh berlebihan. Banyak makanan-minuman yang ternyata menjadi sumber penyakit, apakah penyakit infeksi oleh kuman dan virus, maupun oleh bahan kandungan makanan-minuman itu sendiri yang ternyata berperan sebagai racun untuk tubuh manusia. Kajian terbaru juga menyebutkan bahwa protein babi memberi efek tidak baik pada perkembangan karakter manusia selain dalam daging babi sering mengandung telur cacing pita. Darah yang diharamkan dalam Islam juga bisa banyak mengandung bahan berbahaya, demikian pula untuk bangkai binatang.
4. Perilaku Rasulullah dalam kegiatan fisik sehari-hari juga jelas menunjukkan tauladan hidup sehat. Dalam al Qur’an ditegaskan bahwamalam hari itu untuk istirahat dan siang hari untuk bekerja. Rasulullah jugameninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat sesuai perintah al Qur’an. Beliau selalu aktif bekerja tidak kenal lelah, termasuk berbelanja di pasar atau menjahid baju sendiri yang robek. Beliau berperang, memimpin rapat, bermusyawarah, berkunjung, menerima tamu dsb. Beliau jelas orang yang aktif, tidak membuang waktu berharga seperti bermain, begadang, atau ‘nyangkruk’ yang tidak produktif dan merusak kesehatan. Dari tinjauan Ilmu Kedokteran aktifitas beliau bisa dikatakan terkait dengan melatih-menggerakkan semua organ tubuhnya, ibaratkan seperti berolahraga intensif saban hari. Hidup beliau juga senantiasa selalu terpapar matahariyang dalam ilmu kedokteran semakin disadari pentingnya untuk membantu proses metabolisme kiamiawi tubuhnya.
5. Al Qur’an juga memberi tuntunan manusia untuk menjaga lingkungannya, baik kebersihan pribadi maupun kondisi di sekitar dirinya (lihat surat al Mudatsir, surat kedua yang turun setelah Iqra’). ‘Kebersihan adalah setengah dari iman’ begitu slogan yang amat terkenal di tengah masyarakat muslim. Sudahkah umat Islam menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan sekitarnya, mulai dari kamar tidur, rumah, halaman, ruang kerja, maupun kampung dan kota-desanya? Jika belum maka wajib umat menjaga kesehatan lingkungannya agar menjadi terhindar dari berbagai ancaman gangguan kesehatan.
Lima prinsip hidup sehat cara Nabi sebagaimana yang diuraikan di atas insyaAllah akan bisa membuat umat Islam memiliki kesehatan yang prima untuk beramal sholeh secara maksimal yang akan menghantarkannya ke keberhasilan dunia-akherat. Dalam Ilmu Kedokteran aspek mengobati itu hanya satu komponen saja dari sistem Upaya Penyehatan Individu dan Masyarakat. Rasulullah malah menekankan pada cara hidup sehat itu bukan pengobatan penyakitnya. Tidak ada satu ayat dalam al Qur’an yang memerintahkan cara tertentu untuk mengobati penyakit, kecuali pernyataan umum seperti ‘madu’ memiliki nilai obat bagi manusia. Juga tidak ditemukan hadits Rasulullah yang menyatakan obatilah penyakit itu seperti cara saya mengobatinya. Beliau hanya mengajarkan doa meminta kesembuhan secara umum, atau menasehatkan bahan tertentu sebagai bahan obat seperti madu, habbatusaudah atau jintan hitam, susu onta, dan semacamnya. Oleh sebab itu kita juga tidak boleh berlebihan dalam menggali cara pengobatan pada masa Rasulullah karena kemajuan Ilmu Kedokteran jelas juga sebagai bagian dari sunnatullah tentang cara pengobatan itu sendiri.






























DAFTAR PUSTAKA





















Categories:

Leave a Reply